Kalimat Efektif
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memilki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah,jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran ynag tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah ketepatan penggunaan kalaimat dan ragam bahasa tertentu dalam situaisi kebahasaan tertentu pula.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa:
- Kalimat Efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja. tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
- Kalimat Efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat.(Akhadiah, Arsjad dan Ridwan: 2001)
- Kalimat Efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin 1989)
- Kalimat Efektif diapahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.(Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
- Kalimat Efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas, padat dan mudah dimengerti serta di artikan. (Arif HP:2013)
Kalimat Efektif di tuntut oleh empat ketepatan yakni
- Ketepatan pilihan kata
- Ketepatan bentuk kata
- Ketepatan pola kalimat
- Ketepatan makna kalimat
Ciri-ciri Kalimat Efektif
- Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP
- Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku
- menggunakan diksi yang tepat
- Menggunakan lesepadanan antara strukur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis
- Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai
- Melakukan penekanan ide pokok
- Mengacu pada kehematan penggunaan kata
- menggunakan variasi struktur kalimat
Syarat-Syarat Kalimat Efektif
Kesatuan Gagasan
Kalimat efektif harus memiliki kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok (satu pengertian lengkap). Kalimat dikatakan memiliki kesatuan gagasan jika memiliki subjek, predkat dan fungsi-fungsi kalimat lainnya saling mendukung dan memebentuk kesatuan tunggal. Dengan demikian, kalimat haruslah mengandung unsur subjek dan predikat sebagai unsur inti sebuah kalimat. Kehadiran unsur-unsur lain (objek, predikat, ataupun keterangan) hanyalah sebagai tambahan bagi unsur inti.
contoh:
Kalimat yang jelas kesatuan gagasannya
a. Kita merasakan dalam kehidupan sehari-hari, betapa emosi itu seringkali merupakan tenaga pendorong yang amat kuat dalam tindakan kehidupan kita (Kesatuan Tunggal).
b. Dia telah menginggalkan rumahnya jam enam pagi, dan berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu(Kesatuan Gabungan)
c. Ayah bekerja di perusahaan pengankutan itu, tetapi ia tidak senang deengan pekerjaan itu. (Kesatuan yang mengandung pertentangan).
d. Kau boleh menyusul saya ke tempat itu, atau tinggal saja disini (kesatuan pilihan).
Kepaduan/Koherensi
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
- Kalimat tidak bertele-tele dan harus sistematis
- Kalimat padu menggunakan pola aspek-verbal atau aspek-verbal-pasien.
- Diantara presikat kata kerja dan objek penderita tidak disisipkan kata daripada/tentang.
Yangdimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Bagaimana hubungan anatar subyek predikat dan predikat, hubungan antara predikat dengan obyek serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan koherensi yaitu:
1) Tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat
benar: Saudara saya yang paling kecil kemarin sore menendang bola di lapangan, dengan sekuat tenaganya.
salah: Saudara saya yang paling kecil menendang dengan sekuat tenaganya kemarin sore di lapangan bola.
2) Salah mempergunakan kata-kata depan, kata penghubung dan sebagainya.
benar: mengharapkan belas kasihan
salah: mengharapakan akan belas kasihan
3) Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang tindih, atau hakikatnya mengandung kontradiksi.
contoh:
Banyak para peninjau yang menyatakan bahwa perang yang sedang berlangsungitu merupakan Perang Dunia di Timur Tengah (atau banyak peninjau atau para peninjau; makna banyak dan para tidak tumpang tindih).
4) Salah menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb) pada kata kerja tanggap.
contoh:
baik: Saya sudah menonton film itu hingga tamat
kurang baik: Saya sudah nonton film itu hingga tamat.
tidak baik: Film itu saya sudah tonton hingga tamat.
Kehematan
Unsur lain yang penting untuk mencapai kalimat efektif adalah kehematan. Yang di maksud dengan kehematan ialah kehematan yang mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang di anggap tidak perlu. Dalam arti tidak mengubah kejelasan kalimat. Penghematan disini juga menghindari kata-kata yang mubazir, sejauh tidak menyalahi kaidah-kaidah tata bahasa.
contoh:
Bunga-bunga mawar, ayelir dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bnga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir, dan malati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
1) Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakan bagian yang penting di depan kalimat.
contoh:
- Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
- Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
2) Menggunakan partikel: penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel -lah, -pun, dan -kah.
contoh:
- Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
- Kami pun turut dalam kegiatan itu.
- Bisakah dia menyelesaikannya?
3) Menggunakan repitisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
contoh:
contoh:
Dalam membina hubungan anatar suami istri, antara guru dan murid, anatar orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat. diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
4) Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yag bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin di tegaskan.
contoh:
- Anak itu tidak malas, tetapi rajin
- Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
Kevariasian
Keefektifan dalam penulisan tergambar dalam struktur kalimat yang di pergunakan. Ada kalimat pendek, dan kalimat panjang. Kalimat yang panjang dapat membuat pembaca kehilangan pegangan akan ide pokok, dan membosankan, sehingga menjadi monoton. Oleh sebab itu perlu dilakukan variasi kalimat.
1) Dalam variasi kalimat, kalimat pembuka dapat dimulai atau dengan frase benda, frase kerja, dan frase keterangan.
contoh:
- Si Badu dari Universitas Indonesia menganggap hal ini sebagai hasil yang gemilang. (kalimat ini dimulai dengan frase benda)
- Dibuang jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini. (kalimat ini dimulai dengan frase kerja)
- Pukul 15.00 Wib Pesta Olahraga Asia Tenggara XIV dibuka oleh bapak Presiden Susilo Bambang Yudoyono. (kalimat ini dimulai dengan frase Keterangan)
2) Variasi dalam Pola Kalimat
a. anak itu tidak mengerti mengerti dengan masalah itu.
S P O
b. Kalimat mengerti anak itu dengan masalah itu.
P S O
Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
contoh:
Waktu dan tempat saya persilahkan
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya:
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Keparalelan atau Kesejajaran
Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong ana itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes.(tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes.(efektif)
Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
- Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah
- Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (1) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi
Kalimat (2) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
- Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena memiliki dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
- Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang dan para menteri.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam berbahasa maupun tulisan
Dalam
kenyataan berbahasa Indonesia sehari-hari, baik lisan maupun tulis, masih
banyak ditemukan kesalahan. Kesalahan-kesalahan ini sering tidak disadari.
Seolah-olah kesalahan itu sudah berteima (salah kaprah). Secara umum, kesalahan
struktur, kesalahan diksi, dan kesalahan ejaan. Berikut akan disampaikan
contoh-contoh kesalahan tersebut satu per satu beserta alternative
pembenarannya.
1. Kesalahan struktur
Kalimat pasif bentuk diri
Dalam karangan ini tidak terdapat kalimat yang salah dalam susunan pasif bentuk diri.
Subjek berpreposisi
Kalimat tidak bersubjek sering kita temukan dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Karena asyik menulis, kadang-kadang orang lupa memeriksa apakah kalimat yang dihasilkannya memenuhi syarat atau tidak. Orang sering menempatkan preposisi atau kata depan di depan subjek. Penempatan preposisi di depan subjek mengakibatkan kaburnya fungsi subjek yang dimaksud menjadi keterangan. Kalimat-kalimat berikut memperjelas hal itu. Tetapi dalam karangan-karangan ini tidak ditemukan kalimat yang salah dalam penggunaan subjek berpreposisi.
Pengantar kalimat dan predikat
Ungkapan pengantar kalimat seperti menurut dan sebagaimana, yang disertai nomina pelaku sering menimbulkan ketaksaan antara ungkapan pengantar kalimat dan predikat kalimat. Tetapi dalam karangan-karangan ini tidak ditemukan kesalahan yang diakibatkan pengantar kalimat dan predikat.
Pelesapan subjek dalam kalimat majemuk
Kalimat majemuk sebenarnya terbentuk dari penggabungan kalimat-kalimat tunggal. Dalam penggabungan itu sering terjadi penggantian, pelesapan, dan pengulangan unsur yang sama. Dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kalimat yang salah dalam hal pelesapan subjek dalam kalimat majemuk
Penggunaan dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah suatu jenis kalimat majemuk yang unsure-unsurnya memiliki kedudukan yang tidak sederajat. Bagian yang satu berkedudukan sebagai inti dan bagian yang lain berkedudukan sebagai bukan inti (induk kalimat dan anak kalimat). Kita sering menemukan pemakaian dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat. Dalam karangan-karangan ini tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat.
Predikat berpreposisi
Predikat merupakan unsure utama suatu kalimat di samping subjek. Dalam kenyataan berbahasa orang sering membangun kalimat-kalimat yang tidak berpredikat. Kesalahan ini sering tidak disadari. Sebenarnya, predikat kalimat itu ada, tetapi gagal menjadi predikat karena didahului preposisi. Dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kesalahan dalam hal predikat berpreposisi.
1. Kesalahan struktur
Kalimat pasif bentuk diri
Dalam karangan ini tidak terdapat kalimat yang salah dalam susunan pasif bentuk diri.
Subjek berpreposisi
Kalimat tidak bersubjek sering kita temukan dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Karena asyik menulis, kadang-kadang orang lupa memeriksa apakah kalimat yang dihasilkannya memenuhi syarat atau tidak. Orang sering menempatkan preposisi atau kata depan di depan subjek. Penempatan preposisi di depan subjek mengakibatkan kaburnya fungsi subjek yang dimaksud menjadi keterangan. Kalimat-kalimat berikut memperjelas hal itu. Tetapi dalam karangan-karangan ini tidak ditemukan kalimat yang salah dalam penggunaan subjek berpreposisi.
Pengantar kalimat dan predikat
Ungkapan pengantar kalimat seperti menurut dan sebagaimana, yang disertai nomina pelaku sering menimbulkan ketaksaan antara ungkapan pengantar kalimat dan predikat kalimat. Tetapi dalam karangan-karangan ini tidak ditemukan kesalahan yang diakibatkan pengantar kalimat dan predikat.
Pelesapan subjek dalam kalimat majemuk
Kalimat majemuk sebenarnya terbentuk dari penggabungan kalimat-kalimat tunggal. Dalam penggabungan itu sering terjadi penggantian, pelesapan, dan pengulangan unsur yang sama. Dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kalimat yang salah dalam hal pelesapan subjek dalam kalimat majemuk
Penggunaan dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah suatu jenis kalimat majemuk yang unsure-unsurnya memiliki kedudukan yang tidak sederajat. Bagian yang satu berkedudukan sebagai inti dan bagian yang lain berkedudukan sebagai bukan inti (induk kalimat dan anak kalimat). Kita sering menemukan pemakaian dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat. Dalam karangan-karangan ini tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat.
Predikat berpreposisi
Predikat merupakan unsure utama suatu kalimat di samping subjek. Dalam kenyataan berbahasa orang sering membangun kalimat-kalimat yang tidak berpredikat. Kesalahan ini sering tidak disadari. Sebenarnya, predikat kalimat itu ada, tetapi gagal menjadi predikat karena didahului preposisi. Dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kesalahan dalam hal predikat berpreposisi.
2. Kesalahan diksi
Penggunaan diksi secara tidak tepat sering menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal (salah). Untuk itu, diperlukan kecermatan dalam memilih sehingga kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik. Berikut dikemukakan beberapa kesalahan yang sering kita temukan dalam kenyataan berbahasa sehari-hari.
a. Pemakaian kata depan yang tidak tepat
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata seperti di, ke, dari, pada, terhadap, tentang dan daripada. Kata-kata seperti itu tidak dapat berdiri sendiri sebagai subjek dan predikat serta fungsi-fungsi klausa yang lain. Dalam penggunaan bahasa sering tidak cermat memperlakukan kata-kata tersebut.
contoh:
- Pulo tersebut yang letaknya di tengah laut, yang di bagi menjadi dua pulo, yaitu Pulo Breuh dan Pulo Nasi.
- Pikiran ini kian kalut saat aku memikirkan ke tiga adikku yang masih kecil-kecil.
Kata di dan ke pada kalimat di atas salah karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan yang baik. Jadi seharusnya pemakaian di dan ke seharusnya disambung seperti dalam kalimat berikut ini.
- pulo tersebut yang letaknya di tengah laut, yang dibagi menjadi dua pulo, yaitu pulo Breuh dan Pulo Nasi.
- pikiran ini kian kalut saat aku memikirkan ketiga adikku yang masih kecil-kecil.
b. Penggunaan kata berpasangan yang tidak tepat
Ada sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang digunakan secara berpasangan (konjungsi korelatif), seperti baik…maupun…, bukan… melainkan…, tidak… tetapi…,antara…dan… Di dalam kalimat-kalimat berikut dikemukakan contoh pemakaian konjungsi korelatif secara tidak tepat.
- Pulo Breuh adalah pulo ku yang mempunyai banyak desa di bandingkan dengan Pulo Nasi.
Kalimat di atas sebenarnya mempunyai dua kesalahan yaitu pemakain kata depan dan penggunaan kata berpasangan yangseharusnya disisipkan kata lebih yang dipasangkan dengan kata dibandingkan seperti kalimat diberikut.
- Pulo Breuh adalah pulo ku yang mempunyai banyak desa dibandingkan dengan Pulo Nasi.
c. Penggunaan makna jamak secara berganda
Di dalam kenyataan sering kita temukan penggunaan kata-kata yang mubazir, tetapi dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kesalahan seperti itu.
d. Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara berganda
Kita sering menemukan penggunaan dua kata yang makna dan fungsinya kurang lebih sama. Pengunaan dua kata secara bersamaan ini tidak efisien. Kata-kata yang dimaksud, seperti adalah merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti misalnya, sangat sekali, hanya saja, dan daftar nama-nama. Seperti kalimat berikut:
- Dan diakhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka ada diadakan acara-acara yang seru lho!!
Kata-kata yang bercetak miring sudah menyatakan jamak. Jadi tidak perlu dipergunakan secara bersamaan. Gunakan saja salah satunya , seperti contoh berikut.
- Dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka diadakan acara-acara yang seru lho!!
e. Penggunaan penghubung antarkalimat dan maka
Dalam berbagai tulisan kita menemukan penggunaan kata maka bersama dengan ungkapan penghubung antarkalimat, seperti sehubungan dengan itu maka, dan setelah itu maka, dalam karangan-karangan ini tidak terjadi kesalahan seperti itu.
f. Penggunaan makna kesalingan secara berganda
Kesalahan seperti ini tidak terjadi pada karangan-karangan ini
g. Peniadaan preposisi
Dalam kenyataan berbahasa kita juga sering menemukan peniadaan unsur preposisi yang menyertai verba. Verba yang disertai preposisi itu umumnya berupa verba intransitive. Kesalahan seperti tidak kita jumpai dalam karangan-karangan ini.
h. Pemakaian bentuk di mana, dalam mana, dan yang mana sebagai penghubung
Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, dan yang mana sebagai penghubung. Penggunaan bentuk-bentuk tersebut dipengaruhi oleh struktur bahasa inggris. Dalam bahasa inggris, bentuk tersebut seperti where, in, which (di mana, dalam mana, dan yang mana) lazim digunakan sebagai penghubung.
contoh:
- Di antara desa-desa yang ada di pulo Breuh
terdapat satu desa yaitu desa ku desa lampu yang, di mana di desa ku banyak
terdapat rumah penduduk.
Dalam bahasa Indonesia kata-kata tersebut dapat dihilangkan karena tidak perlu digunakan, seperti contoh berikut.
- Di antara desa-desa yang ada di pulo Breuh terdapat satu desaku desa lampuyang, di desaku banyak terdat rumah penduduk.
i. Penghilangan afiks
Dalam kenyataan bahasa Indonesia dewasa ini, baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi, para penutur bahasa Indonesia sering menghilangkan afiks. Afiks yang sering dihilangkan adalah meN- dan ber-. Tetapi dalam karangan-karangan ini tidak terjadi kesalahan seperti ini.
j. Penghilangan konjungsi
Konjungsi digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Dengan perkataan lain, anak kalimat ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului konjungsi. Dalam kenyataan sering ditemukan kalimat sebagai berikut:
a. Karena kejadian hari itu Aisyah hidup sebatang kara, ia mulai membiasakan hidup sendiri tanpa bantuan orang tuanya.
b. Karena waktu itu terpakai untuk melakukan kegiatan dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka.
Jika kita perbaiki kalimat-kalimat itu menjadi.
c. Ia mulai membiasakan hidup sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Karena kejadian hari itu Aisyah hidup sebatang kara.
d. Waktu itu terpakai untuk melakukan kegiatan dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka.
1. Pemisahan bagian kalimat majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua pola atau lebih. Pola atau bagian-bagian dalam kalimat tidak dipenggal atau dipisahkan, dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kesalahan seperti ini.
2. Kesalahan ejaan
Dalam kenyataan penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini masih banyak kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktepatan menerapkan ejaan. kesalahan yang sering terjadi adalah pembubuhan tanda baca, khususnya pembubuhan tand koma (,). Berikut akan ditampilkan contoh-contoh kesalahan tersebut.
a. Tanda koma di antara subjek dan predikat
contoh:
Dalam bahasa Indonesia kata-kata tersebut dapat dihilangkan karena tidak perlu digunakan, seperti contoh berikut.
- Di antara desa-desa yang ada di pulo Breuh terdapat satu desaku desa lampuyang, di desaku banyak terdat rumah penduduk.
i. Penghilangan afiks
Dalam kenyataan bahasa Indonesia dewasa ini, baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi, para penutur bahasa Indonesia sering menghilangkan afiks. Afiks yang sering dihilangkan adalah meN- dan ber-. Tetapi dalam karangan-karangan ini tidak terjadi kesalahan seperti ini.
j. Penghilangan konjungsi
Konjungsi digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Dengan perkataan lain, anak kalimat ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului konjungsi. Dalam kenyataan sering ditemukan kalimat sebagai berikut:
a. Karena kejadian hari itu Aisyah hidup sebatang kara, ia mulai membiasakan hidup sendiri tanpa bantuan orang tuanya.
b. Karena waktu itu terpakai untuk melakukan kegiatan dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka.
Jika kita perbaiki kalimat-kalimat itu menjadi.
c. Ia mulai membiasakan hidup sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Karena kejadian hari itu Aisyah hidup sebatang kara.
d. Waktu itu terpakai untuk melakukan kegiatan dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka.
1. Pemisahan bagian kalimat majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua pola atau lebih. Pola atau bagian-bagian dalam kalimat tidak dipenggal atau dipisahkan, dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kesalahan seperti ini.
2. Kesalahan ejaan
Dalam kenyataan penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini masih banyak kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktepatan menerapkan ejaan. kesalahan yang sering terjadi adalah pembubuhan tanda baca, khususnya pembubuhan tand koma (,). Berikut akan ditampilkan contoh-contoh kesalahan tersebut.
a. Tanda koma di antara subjek dan predikat
contoh:
Pulo tersebut yang letaknya di tengah laut, yang di bagi menjadi dua pulo,
yaitu pulo Breuh dan pulo Nasi.
Kalimat di atas salah karena tanda titik di antara subjek dan predikat. Ada kecenderungan penulis membubuhkan tanda koma di antara subjek dan predikat kalimat jika nomina mempunyai keterangan yang panjang. Pembubuhan tanda koma dari predikat. Jadi, tanda koma dalam kalimat di atas harus ditiadakan. Akan tetapi, tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
b. Tanda koma di antara keterangan dan subjek
Selain subjek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati posisi awal juga sering dipisahkan oleh tanda koma dari subjek kalimat. Padahal, meskipun panjang, keterangan itu bukan anak kalimat. Oleh karena itu, pemakaian tanda koma seperti itu juga tidak benar.
perhatikan contoh kalimat berikut.
- Setelah aku mengambil wudu’ dan melaksanakan shalat shubuh, kedua kaki ini menuntunku untuk keluar rumah
c. Tanda titik dua di akhir kalimat
Salah satu tempat penggunaan tanda titik dua (:) adalah pada akhir suatu penyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Dalam karangan-karangan ini tidak ditemukan kesalahan seperti yang dimaksud.
Sumber:
http://wede56.blogspot.com/2014/03/contoh-makalah-bahasa-indonesia-kalimat_25.html
http://viemo21.blogspot.com/2014/07/pengertian-lengkap-kalimat-efektif.html
- Setelah aku mengambil wudu’ dan melaksanakan shalat shubuh, kedua kaki ini menuntunku untuk keluar rumah
c. Tanda titik dua di akhir kalimat
Salah satu tempat penggunaan tanda titik dua (:) adalah pada akhir suatu penyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Dalam karangan-karangan ini tidak ditemukan kesalahan seperti yang dimaksud.
Sumber:
http://wede56.blogspot.com/2014/03/contoh-makalah-bahasa-indonesia-kalimat_25.html
http://viemo21.blogspot.com/2014/07/pengertian-lengkap-kalimat-efektif.html
http://simplezoel.blogspot.com/2013/08/kalimat-efektif.html
http://kedebok.blogspot.com/2013/04/tugas-makalah-kalimat-efektif-bahasa.html
Thank you for nice information
BalasHapusVisit my website :
https://uhamka.ac.id