Kamis, 27 November 2014

Tugas 9 KERANGKA KARANGAN / OUTLINE

Kerangka Karangan


A. Pengertian Kerangka Karangan

Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Kerangka karangan yang belum final di sebut outline sementara sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final.
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas, susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam pembuatan karangan yang mana topiknya dipecah kedalam sub-sub topik dan mungkin dipecah lagi kedalam sub-sub topik yang lebih terperinci.

B. Fungsi & Manfaat Kerangka Karangan

Fungsi Kerangka Karangan yaitu:
  1. Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis. 
  2. Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan.
  3. Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting.
Sedangkan Manfaat Kerangka Karangan sendiri adalah:
  1. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
  2. Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
  3. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
  4. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
  5. Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu. Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.

C. Syarat-Syarat Kerangka Karangan Yang Baik

  1. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas. Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Kemudian buatlah tesis atau pengungkapan maksud.
  2. Tiap unit hanya mengandung satu gagasan. Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci.
  3. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
  4. Harus menggunakan simbol yang konsisten. Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.

D. Pola Susunan Kerangka Karangan

Secara garis besar, pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola alamiah dan pola logis, berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan kerangka karangan.

1. Pola Alamiah
     Merupakan suatu urutan unit–unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial. Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.
Pola alamiah dapat terbagi menjadi 3 yaitu :

  • Urutan Berdasarkan Waktu (kronologis). Urutan kronologis adalah urutan yang didasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian berdasarkan kronologinya. Peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain.
  • Urutan Berdasarkan Ruang (spasial). Urutan spasial merupakan urutan yang didasarkan pada ruang atau tempat yang biasanya digunakan dalam tulisan bersifat deskriptif.
  • Topik yang ada. Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya itu.
2. Pola Logis
     Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika. Pola logis dapat dibagi menjadi 6, yaitu :

a. Urutan klimaks dan anti klimaks
Posisi suatu rangkaian yang penting berada pada akhir rangkaian disebut urutan klimaks. Sedangkan posisi yang yang penting berada di awal karangan disebut anti klimaks.

b. Kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.

c. Urutan pemecahan masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dari suatu masalah tertentu kemudian berkembang menuju kesimpulan umum atau pemecahan suatu masalah tersebut. Landasan pemecahan masalah terdiri dari 3 bagian, yaitu :
  1. Deskripsi      :  Mengenai persoalan atau masalah
  2. Analisa         :  Mengenai sebab akibat dari persoalan
  3. Alternatif      :  Untuk jalan keluar suatu masalah

d. Umum khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).

e. Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.

f. Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca.

E. Langkah-Langkah Penyusunan Kerangka Karangan

1. Menentukan tema dan judul
Tema sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. semakin banyak penulis membiasakan membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema. namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :
  • Jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.
  • Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.
  • Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh.
Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik yang lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas.
  • Judul tidak harus sama dengan topik.
  • Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas.
  • Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya.
  •  Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya.
  • Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu.
  • Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya dalam sebuah laporan eksposisi.

Syarat judul yang baik :
  • Harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut. 
  • Judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan.
  • Harus singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Bila harus membuat judul yang panjang, ciptakanlah judul utama yang singkat dengan judul tambahan yang panjang.
  • Tidak provokatif. 

Judul karangan yang baik :
  • singkat dan padat,
  • menarik perhatian, serta
  • menggambarkan garis besar (inti) pembahasan.

2. Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan, banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing - masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.

3. Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. Berikut ini petunjuk-petunjuknya :
  • Hal penting semampunya.
  • Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
  • Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.

4. Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.

Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
  • Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul)
  • Mengatur urutan gagasan
  • Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
  • Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
  • Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. Karena bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir).
5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan materi yang hendak di tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang dikumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan. pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Begitu juga dengan pengembangannya.


F. Macam-macam Kerangka Karangan

1. Berdasar Sifat Rinciannya:
    Kerangka Karangan Sementara / Non-formal:
  • topiknya tidak kompleks
  • akan segera digarap

     Kerangka Karangan Formal:
  • topiknya sangat kompleks
  • topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap

Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis , kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal.

2. Berdasar perumusan teksnya :
  • Kerangka Kalimat
  • Kerangka Topik
  • Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik.


Sumber:

http://wede56.blogspot.com/2014/03/contoh-makalah-bahasa-indonesia_25.html
http://masagusfaisal.blogspot.com/2013/12/makalah-kerangka-karangan-outline.html
http://coretanwnh.blogspot.com/2013/11/outline-kerangka-karangan.html







Selasa, 18 November 2014

Tugas 8

PERBEDAAN TOPIK, TEMA, DAN JUDUL


1. TOPIK

A. Definisi
     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (2007:1207) arti kata topik adalah "Pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, karangan dan sebagainya. Topik dapat juga disebut sebagai bahan pembicaraan/ hal yang menarik perhatian umum akhir-akhir ini. Dengan demikian bila disebut topik penelitian dapat diartikan bebas sebagai pembicaraan atau ide utama yang menarik perhatian umum akhir-akhir ini dalam penelitian.
Topik juga dapat didefinisikan sebagai hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan, atau bisa disebut juga topik adalah tahap awal dalam proses penelitian atau penyusun karya ilmiah.
     Topik berasal dari bahasa Yunani: topoi adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan. Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis. Ciri utama dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan masih bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail.
     Topik biasa terdiri dari satu dua kata yang singkat dan memiliki persamaan serta perbedaan dengan tema karangan. Persamaannya adalah baik topik maupun tema keduanya sama-sama dapat dijadikan sebagai judul karangan. Sedangkan, perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umum, sementara tema akan lebih spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan.

B. Syarat-Syarat Topik
     Berikut ini beberapa syarat yang harus diperhatikan penulis dalam pemilihan topik suatu karya tulis: 
  • Topik harus menarik perhatian penulis.Topik yang menarik perhatian akan memotivasi pengarang atau penulis secara terus-menerus mencari data-data untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Penulis akan didorong agar dapat menyelesaikan tulisan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika suatu topik yang sama sekali tidak disenangi penulis akan menimbulkan kekesalan. Bila terdapat hambatan pun, penulis tidak akan berusaha sekuat tenaga untuk menentukan data dan fakta yang akan digunakan untuk memecahkan masalah.
  • Topik harus diketahui/dipahami penulis. Penulis hendaklah mengerti serta mengetahui meskipun baru prinsip-prinsip ilmiahnya. Misalnya asal data yang digunakan berasal dari mana? , metode analisis yang digunakan, dan referensi apa saja yang akan menjadi acuan.
  • Jangan terlalu baru, teknis, dan kontroversial. Bagi penulis pemula, topik yang terlalu baru kemungkinan belum ada referensinya dalam kepustakaan. Topik yang terlalu teknis kemungkinan dapat menjebak penulis jika tidak benar-benar menguasai bahan penulisannya. Begitu juga topik yang kontroversial akan menimbulkan kesulitan untuk bertindak secara objektif.
  • Bermanfaat. Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat. Ditinjau dari segi akademis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun dari segi praktis.
  • Jangan terlalu “Luas”. Penulis harus membatasi topik yang akan ditulis. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan terbatas untuk digarap sehingga tulisan bisa fokus dan tepat sasaran.
  • Topik yang dipilih harus berada disekitar kita.
  • Topik yang dipilih harus yang menarik.
  • Topik yang dipilih ruang lingkup terbatas.
  • Topik yang dipilih memiliki data & fakta yang obyektif.
  • Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya.
  • Topik yang dipilih memiliki sumber acuan.
C. Sumber-Sumber Topik
     Tak jarang seorang penulis bingung saat menentukan hendak menulis apa, rasanya semua menarik dan banyak yang sudah ditulis orang sebenarnya banyak hal yang dapat dijadikan topik tulisan. Untuk membantu menentukan topik, seperti yang disampaikan Wayne N. Thompson dalam Rakhmat (1999:20), seorang penulis dapat menemukan sumber topik dengan cara sebagai berikut.

1. Pengalaman Pribadi
  • Perjalanan
  • Tempat yang pernah dikunjungi 
  • Kelompok Anda
  • Wawancara dengan tokoh
  • Kejadian luar biasa
  • Peristiwa lucu

2. Hobi dan Keterampilan 
  • Cara melakukan sesuatu
  • Cara kerja sesuatu

3. Pengalaman Pekerjaan atau Profesi
  • Pekerjaan tambahan
  • Profesi keluarga

4. Pelajaran Sekolah/Kuliah
  • Hasil-hasil penelitian
  • Hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut

5. Pendapat pribadi
  • Kritik terhadap buku, film, puisi, pidato, iklan, siaran radio /televisi
  • Hasil pengamatan pribadi

6. Peristiwa Hangat dan Pembicaraan publik
  • Berita halaman muka surat kabar
  • Topik tajuk rencana
  • Artikel
  • Materi kuliah
  • Penemuan mutakhir

7. Masalah Abadi
  • Agama
  • Pendidikan 
  • Sosial dan masyarakat 
  • Problem pribadi

8. Kilasan Biografi
  • Orang-orang terkenal
  • Orang-orang berjasa

9. Kejadian khusus 
  • Perayaan atau peringatan
  • Peristiwa yang eratkaitannya dengan perayaan

10. Minat Khalayak
  • Pekerjaan
  • Hobi
  • Rumah tangga
  • Pengembangan diri
  • Kesehatan dan penampilan
  • Tambahan ilmu
  • Minat khusus
D. Pembatasan Topik
     Pembatasan sebuah topik mencangkup konsep, variabel, data, lokasi atau lembaga dan waktu pengumpulan data. Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang ditulis atau dibaca. akibatnya pembahasan menjadi panjang, namun tidak berisi. Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak (kurang) bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan, tidak menarik untuk dibahas ataupun dibaca. Maka dari itu, pembahasan topik dilakukan secara cermat, sesuai dengan kemampuan, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat terima oleh pembacanya.

Fungsi Pembatasan Topik
  1. Pemabatasan memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan dan kepercayaan, karena topik itu benar-benar diketahuinya.
  2. Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif  mengenai masalahnya. Dengan pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang akan dikembangkan.
Cara Membatasi Topik
  1. Tetapkanlah Topik yang kan digarap dalam kedudukan sentral.
  2. mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik pertama tadi.
  3. Tetapkanlah dar rincian tadi mana yang akan dipilih.
  4. Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau tidak.

2. TEMA

A. Definisi
     Tema berasal dari bahasa Yunani "thithenai", berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarnya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.
     Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan. Disetiap tulisan pasti mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat. Dalam menulis cerpen, puisi, novel, dan berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberi nilai lebih pada tulisan tersebut.
     Tema juga merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pengarang dalam sebuah karya kesastraan, biasanya tema diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu yang berdiri dari pada objek, peristiwa kejadian dan sebagainya. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa tema sebagai satu gagasan, fikiran atau persoalan utama yang mendasari sebuah karaya sastra dan terungkap secara langsung (eksplisit) atau tidak langsung (implisit). Tema dalam sebuah cerita tidak dapat dilihat sepenuhnya hingga cerita itu selesai dibaca.

B. Syarat-Syarat Tema
  1. Tema menarik perhatian penulis.Tema yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan penulis berusaha terus-menerus mencari data untuk memecahakan masalah-masalah yang dihadapi, penulis akan didorong terus-menerus agar dapat menyelesaikan karya tulis itu sebaik-baiknya.
  2. Tema dikenal/diketahui dengan baik. Maksudnya bahwa sekurang-kurangnya prinsip-prinsip ilmiah diketahui oleh penulis. Berdasarkan prinsip ilmiah yang diketahuinya, penulis akan berusaha sekuat tenaga mencari data melalui penelitian, observasi, wawancara, dan sebagainya sehingga pengetahuannya mengenai masalah itu bertambah dalam. Dalam keadaan demikian, disertai pengetahuan teknis ilmiah dan teori ilmiah yang dikuasainya sebagai latar belakang masalah tadi, maka ia sanggup menguraikan tema itu sebaik-baiknya.
  3. Bahan-bahannya dapat diperoleh. Sebuah tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
  4. Tema dibatasi ruang lingkupnya. Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya.

3. JUDUL

A. Definisi     
Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.Judul juga merupakan nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersifat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.
     Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya. Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya. Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, Judul karangan sedapat-dapatnya yaitu dapat menarik perhatian, menggambarkan garis besar (inti) pembahasan, serta singkat dan padat.

B. Syarat-Syarat Judul
  • Asli. Jangan menggunakan judul yang sudah pernah ada, bila terpaksa dapat dicarikan sinonimnya.
  • Relevan. Setelah menulis,baca ulang karangan anda, lalu carilah judul yang relevan dengan karangan anda (harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut).
  • Provokatif. Judul tidak boleh terlalu sederhana, sehingga(calon) pembaca sudah dapat menduga isi karangan anda, kalau(calon) pembaca sudah dapat menebak isinya tentu karangan anda sudah tidak menarik lagi.
  • Singkat. Judul tidak boleh bertele-tele, harus singkat dan langsung pada inti yang ingin dibicarakan sehingga maksud yang ingin disampaikan dapat tercermin lewat judul     
  • Harus bebentuk frasa.
  • Awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi.
  • Tanpa tanda baca di akhir judul karangan.
  • Menarik perhatian.
  • Logis.
  • Sesuai dengan isi.

C. Macam-Macam Judul
     Judul dibagi menjadi dua, yaitu:
  1. Judul Langsung: Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubungannya dengan bagian utama nampak jelas.
  2. Judul Tak Langsung: Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.

KESIMPULAN

Persamaannya adalah baik topik maupun tema keduanya sama-sama dapat dijadikan sebagai judul karangan. sedangkan, perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umu, sementara tema akan lebih spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan. Sedangkan Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas.




Sumber:
http://eennuu.blogspot.com/2011/11/makalah-bahasa-indonesia-topik-tema-dan.html.
http://wede56.blogspot.com/2014/03/contoh-makalah-bahasa-indonesia.html.
http://sharingmahasiswa.blogspot.com/2013/02/pokok-pembahasan-apa-pengertian-topik.html.





Minggu, 09 November 2014

Tugas 7

Paragraf atau Alinea

PENGERTIAN PARAGRAF ATAU ALINEA

     Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Paragraf atau alinea biasanya dibuat dibaris baru dengan 5 spasi, sehingga tulisannya terlihat menjorok ke dalam. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
     Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
TUJUAN PEMBENTUKAN ALINEA ATAU PARAGRAF
– Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema.
– Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal
UNSUR-UNSUR ALINEA ATAU PARAGRAF
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.
A. Ciri kalimat topik :
1. Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut.
2. Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
3. Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.
4. Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi
B Ciri kalimat pendukung :
1. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
2. Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea.
3. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat transisi.
4. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik
SYARAT-SYARAT ALINEA ATAU PARAGRAF
1. Kesatuan
Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alenia adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Alenia dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alenia itu tidak telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.
2. Koherensi
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alenia ialah koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia. Alenia yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alenia akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alenia, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan.
3. Pengembangan
Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat dengan
posisi kalimat topik karena kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama paragraf. Pengembangan paragraph deduktif, misalnya, yang menempatkan ide/gagasan utama pada awal paragraf, pasti berbeda dengan pengembangan paragraf induktif yang merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Demikian juga dengan tipe paragraf yang lainnya.
Selain kalimat topik, pengembangan paragraf berhubungan pula dengan fungsi paragraf yang akan dikembangkan: sebagai paragraf pembuka, paragraf pengembang, atau paragraf penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode pengembangan karena misi ketiga paragraf tersebut dalam karangan saling berbeda .
Metode pengembangan paragraf akan bergantung pada sifat informasi yang akan disampaikan,yaitu: persuasive, argumentatif, naratif, deskriptif, dan eksposisi. Metode tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea argumentatif, misalnya akan berbeda dengan naratif.
Setelah mempertimbangkan faKtor tersebut barulah kita memilih salah satu metode pengembangan paragraf yang dianggap paling tepat dan efektif. Diantara banyak metode pengembangan paragraf yang terdapat di dalam buku – buku komposisi, disini diangkat enam metode yang umum dipakai untuk mengembangkan alinea dalam penulisan karangan. Metode yang dimaksud adalah : metode definisi, metode contoh, metode sebab-akibat, metode umum khusus, dan metode klasifikasi. Didalam mengarang, keenam metode pengembangan paragraf tersebut dapat dipakai silih berganti sesuai dengan keperluan mengarang si penulisnya.
1) Metode Definisi
Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsepistilah tertentu. Untuk dapat merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi konsep dan penentuan cirri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan di dalam teks definisi itu
2) Metode Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap – tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.
3) Metode Contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.
4) Metode Sebab-Akibat
Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Factor yang terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya argumentative murni atau dikombinasikan dengan deskriptif ata eksposisi.
5) Metode Umum-Khusus
Metode umum-khusnya dan khusus-umum paling banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur. Bagi penulis pemula, belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang paling disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus relative lebih gampang,juga karena model inilah yang paling banyak dipakai dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam media massa.
6) Metode Klasifikasi
Bila kita akan mengelompokan benda-benda atau non benda yang memiliki persamaan ciri seperi sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat adalah dengan metode klasifikasi. Klsifikasi sebenarnya bukan khusu untuk persamaan factor tersebut di atas, tetapi juga untuk perbedaan. Namun, pengelompokan tidak berhenti pada inventarisasi persamaan dan perbedaan. Setelah dikelompokan, lalu dianalisis untuk mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau dipertentangkan satu sama lainnya.
5. JENIS-JENIS ALINEA ATAU PARAGRAF
Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.
1). Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif(campuran), paragraf penuh kalimat topik.
A. Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, yang dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus (umum-khusus).
Contoh paragraf deduktif :
” Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit.”
Contoh lain paragraph deduktif :
”Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru.”
B. Paragraf Induktif
Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum (khusus-umum).
Contoh paragraf induktif:
” Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya saja masih banyak orang-orang yang buang sampah yang tidak pada tempatnya. Selain itu masyarakat juga tidak peduli terhadap selokan di sekitarnya. Oleh sebab itu maka seharusnya pemerintah setempat harus lebih mensosialisasikan bahaya banjir kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan supaya Jakarta bebas banjir dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan selokan di sekitarnya.”
Contoh lain paragraf induktif :
“Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif dan efisien”.
C. Paragraf Campuran
Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraph (deduktif-induktif). Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
Contoh paragraf campuran :
”Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi”.
Contoh lain paragraf campuran :
” Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat.”
2). Jenis paragraf atau alinea berdasarkan paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat topik :
” Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku.”
3). Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:
1. Eksposisi
Tulisan/karangan yang berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi. Eksposisi ialah tulisan yang memaparkan serta menjelaskan tentang suatu hal.
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
2. Argumentatif
Adalah Tulisan/karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran atau mencari kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
3. Deskriptif
Adalah tulisan/karangan yang menggambarkan sebuah objek sedemikian rupa sehingga pembaca merasa seolah-olah melihat dan merasakan sendiri objek yang di gambarkan.
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
4. Persuasif
Tulisan/karangan ini bertujuan mempengaruhi si pembaca agar dengan pendekatan psikologis dengan fakta-fakta sebagai penunjang. isi paragraf ini mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan,terutama majalah dan Koran .
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
5. Naratif
Adalah tulisan/karangan yang berisi/menceritakan peristiwa atau kejadian sedemikian rupa dengan memperhatikan kronologi kejadiannya/urutan waktu.
Contoh:
Jam istirahat. Aldi tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
4). Jenis Paragraf Menurut Fungsi / Tujuannyanya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
1. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Paragraf pembuka biasanya bertujuan untuk mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:
1. Menghantar pokok pembicaraan.
2. Menarik minat pembaca.
3. Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:
1. Kutipan, peribahasa, anekdot
2. Pentingnya pokok pembicaraan
3. Pendapat atau pernyataan seseorang
4. Uraian tentang pengalaman pribadi
5. Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6. Sebuah pertanyaan.
Contoh paragraf pembuka :
Pemuli baru saja usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa bersyukur karena pemilu berjalan lancer seperti yang diharapkan. Namun, tidak demikian yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka mengalami stress berat hingga tidak bias tidur dan tidak mau makan.
2. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
1. Mengemukakan inti persoalan.
2. Memberikan ilustrasi.
3. Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya.
4. Meringkas paragraf sebelumnya
5. Mempersiapkan dasar bagi simpulan.
3. Paragraf Penutup
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting. Paragraf ini merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1. Sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu panjang.
2. Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian.
3. Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya.
Contoh paragraf penutup : Demikian proposal yang kami buat. Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat ridho dari Tuhan YME serta bermanfaat bagi sesama. Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Sumber:
Modul Simpati SMK kelas X semester 1 hal 44-45. Surakarta: Grahadi.
http://swestimahardini.wordpress.com/2011/10/24/makalah-bahasa-indonesia-mengenai-alinea-paragraf/
id.wikipedia.org
http://merrycmerry.blogspot.com/2011/11/makalah-paragraf.html


Senin, 03 November 2014

Tugas 6

Kalimat Efektif


Pengertian Kalimat Efektif

     Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memilki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat  yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah,jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
     Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran ynag tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah ketepatan penggunaan kalaimat dan ragam bahasa tertentu dalam situaisi kebahasaan tertentu pula.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa:
  1. Kalimat Efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja. tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
  2. Kalimat Efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat.(Akhadiah, Arsjad dan Ridwan: 2001)
  3. Kalimat Efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin 1989)
  4. Kalimat Efektif diapahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.(Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
  5. Kalimat Efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas, padat dan mudah dimengerti serta di artikan. (Arif HP:2013)

Kalimat Efektif di tuntut oleh empat ketepatan yakni

  1. Ketepatan pilihan kata
  2. Ketepatan bentuk kata
  3. Ketepatan pola kalimat
  4. Ketepatan makna kalimat

Ciri-ciri Kalimat Efektif

  1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP
  2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku
  3. menggunakan diksi yang tepat
  4. Menggunakan lesepadanan antara strukur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis
  5. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai
  6. Melakukan penekanan ide pokok
  7. Mengacu pada kehematan penggunaan kata
  8. menggunakan variasi struktur kalimat

Syarat-Syarat Kalimat Efektif

Kesatuan Gagasan
Kalimat efektif harus memiliki kesatuan gagasan dan mengandung satu ide pokok (satu pengertian lengkap). Kalimat dikatakan memiliki kesatuan gagasan jika memiliki subjek, predkat dan fungsi-fungsi kalimat lainnya saling mendukung dan memebentuk kesatuan tunggal. Dengan demikian, kalimat haruslah mengandung unsur subjek dan predikat sebagai unsur inti sebuah kalimat. Kehadiran unsur-unsur lain (objek, predikat, ataupun keterangan) hanyalah sebagai tambahan bagi unsur inti.
contoh:
Kalimat yang jelas kesatuan gagasannya
a. Kita merasakan dalam kehidupan sehari-hari, betapa emosi itu seringkali merupakan tenaga pendorong yang amat kuat dalam tindakan kehidupan kita (Kesatuan Tunggal).
b. Dia telah menginggalkan rumahnya jam enam pagi, dan berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu(Kesatuan Gabungan)
c. Ayah bekerja di perusahaan pengankutan itu, tetapi ia tidak senang deengan pekerjaan itu. (Kesatuan yang mengandung pertentangan).
d. Kau boleh menyusul saya ke tempat itu, atau tinggal saja disini (kesatuan pilihan).

Kepaduan/Koherensi
     Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
  • Kalimat tidak bertele-tele dan harus sistematis
  • Kalimat padu menggunakan pola aspek-verbal atau aspek-verbal-pasien.
  • Diantara presikat kata kerja dan objek penderita tidak disisipkan kata daripada/tentang.
Yangdimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Bagaimana hubungan anatar subyek predikat dan predikat, hubungan antara predikat dengan obyek serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan koherensi yaitu:
1) Tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat
benar: Saudara saya yang paling kecil kemarin sore menendang bola di lapangan, dengan sekuat tenaganya.
salah: Saudara saya yang paling kecil menendang dengan sekuat tenaganya kemarin sore di lapangan bola.

2) Salah mempergunakan kata-kata depan, kata penghubung dan sebagainya.
benar: mengharapkan belas kasihan
salah:  mengharapakan akan belas kasihan

3) Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang tindih, atau hakikatnya mengandung kontradiksi.
contoh:
Banyak para peninjau yang menyatakan bahwa perang yang sedang berlangsungitu merupakan Perang Dunia di Timur Tengah (atau banyak peninjau atau para peninjau; makna banyak dan para tidak tumpang tindih).

4) Salah menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb) pada kata kerja tanggap.
contoh:
baik: Saya sudah menonton film itu hingga tamat
kurang baik: Saya sudah nonton film itu hingga tamat.
tidak baik: Film itu saya sudah tonton hingga tamat. 

Kehematan
     Unsur lain yang penting untuk mencapai kalimat efektif adalah kehematan. Yang di maksud dengan kehematan ialah kehematan yang mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang di anggap tidak perlu. Dalam arti tidak mengubah kejelasan kalimat. Penghematan disini juga menghindari kata-kata yang mubazir, sejauh tidak menyalahi kaidah-kaidah tata bahasa.
contoh:
Bunga-bunga mawar, ayelir dan melati sangat disukainya.

Pemakaian kata bunga-bnga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir, dan malati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.

Penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
1) Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakan bagian yang penting di depan kalimat.
contoh:
- Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
- Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

2) Menggunakan partikel: penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel -lah, -pun, dan -kah.
contoh:
- Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
- Kami pun turut dalam kegiatan itu.
- Bisakah dia menyelesaikannya?

3) Menggunakan repitisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
contoh:
Dalam membina hubungan anatar suami istri, antara guru dan murid, anatar orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat. diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.

4) Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yag bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin di tegaskan.
contoh:
- Anak itu tidak malas, tetapi rajin
- Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

Kevariasian
     Keefektifan dalam penulisan tergambar dalam struktur kalimat yang di pergunakan. Ada kalimat pendek, dan kalimat panjang. Kalimat yang panjang dapat membuat pembaca kehilangan pegangan akan ide pokok, dan membosankan, sehingga menjadi monoton. Oleh sebab itu perlu dilakukan variasi kalimat.

1) Dalam variasi kalimat, kalimat pembuka dapat dimulai atau dengan frase benda, frase kerja, dan frase keterangan.
contoh:
  1. Si Badu dari Universitas Indonesia menganggap hal ini sebagai hasil yang gemilang. (kalimat ini dimulai dengan frase benda)
  2. Dibuang jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini. (kalimat ini dimulai dengan frase kerja)
  3. Pukul 15.00 Wib Pesta Olahraga Asia Tenggara XIV dibuka oleh bapak Presiden Susilo Bambang Yudoyono. (kalimat ini dimulai dengan frase Keterangan)
2) Variasi dalam Pola Kalimat
a.  anak itu tidak mengerti mengerti dengan masalah itu.
            S                  P                               O
b. Kalimat mengerti anak itu dengan masalah itu.
            P               S                          O

Kelogisan
     Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
contoh:
Waktu dan tempat saya persilahkan
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya:
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

Keparalelan atau Kesejajaran
     Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong ana itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes.(tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes.(efektif)

Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
     Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

  1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah
  2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (1) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi
Kalimat (2) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
- Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena memiliki dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
- Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang dan para menteri.

Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam berbahasa maupun tulisan

            Dalam kenyataan berbahasa Indonesia sehari-hari, baik lisan maupun tulis, masih banyak ditemukan kesalahan. Kesalahan-kesalahan ini sering tidak disadari. Seolah-olah kesalahan itu sudah berteima (salah kaprah). Secara umum, kesalahan struktur, kesalahan diksi, dan kesalahan ejaan. Berikut akan disampaikan contoh-contoh kesalahan tersebut satu per satu beserta alternative pembenarannya.

1. Kesalahan struktur 
Kalimat pasif bentuk diri 
Dalam karangan ini tidak terdapat kalimat yang salah dalam susunan pasif bentuk diri.

Subjek berpreposisi
Kalimat tidak bersubjek sering kita temukan dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Karena asyik menulis, kadang-kadang orang lupa memeriksa apakah kalimat yang dihasilkannya memenuhi syarat atau tidak. Orang sering menempatkan preposisi atau kata depan di depan subjek. Penempatan preposisi di depan subjek mengakibatkan kaburnya fungsi subjek yang dimaksud menjadi keterangan. Kalimat-kalimat berikut memperjelas hal itu. Tetapi dalam karangan-karangan ini tidak ditemukan kalimat yang salah dalam penggunaan subjek berpreposisi.

Pengantar kalimat dan predikat
Ungkapan pengantar kalimat seperti menurut dan sebagaimana, yang disertai nomina pelaku sering menimbulkan ketaksaan antara ungkapan pengantar kalimat dan predikat kalimat. Tetapi dalam karangan-karangan ini tidak ditemukan kesalahan yang diakibatkan pengantar kalimat dan predikat.

Pelesapan subjek dalam kalimat majemuk 
Kalimat majemuk sebenarnya terbentuk dari penggabungan kalimat-kalimat tunggal. Dalam penggabungan itu sering terjadi penggantian, pelesapan, dan pengulangan unsur yang sama. Dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kalimat yang salah dalam hal pelesapan subjek dalam kalimat majemuk

Penggunaan dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat 
Kalimat majemuk bertingkat adalah suatu jenis kalimat majemuk yang unsure-unsurnya memiliki kedudukan yang tidak sederajat. Bagian yang satu berkedudukan sebagai inti dan bagian yang lain berkedudukan sebagai bukan inti (induk kalimat dan anak kalimat). Kita sering menemukan pemakaian dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat. Dalam karangan-karangan ini tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan dua konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat.

Predikat berpreposisi 
Predikat merupakan unsure utama suatu kalimat di samping subjek. Dalam kenyataan berbahasa orang sering membangun kalimat-kalimat yang tidak berpredikat. Kesalahan ini sering tidak disadari. Sebenarnya, predikat kalimat itu ada, tetapi gagal menjadi predikat karena didahului preposisi. Dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kesalahan dalam hal predikat berpreposisi. 


2. Kesalahan diksi
Penggunaan diksi secara tidak tepat sering menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal (salah). Untuk itu, diperlukan kecermatan dalam memilih sehingga kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik. Berikut dikemukakan beberapa kesalahan yang sering kita temukan dalam kenyataan berbahasa sehari-hari.

a. Pemakaian kata depan yang tidak tepat 
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata seperti ­di, ke, dari, pada, terhadap, tentang dan daripada. Kata-kata seperti itu tidak dapat berdiri sendiri sebagai subjek dan predikat serta fungsi-fungsi klausa yang lain. Dalam penggunaan bahasa sering tidak cermat memperlakukan kata-kata tersebut.
contoh:
- Pulo tersebut yang letaknya di tengah laut, yang di bagi menjadi dua pulo, yaitu Pulo Breuh dan Pulo Nasi.
- Pikiran ini kian kalut saat aku memikirkan ke tiga adikku yang masih kecil-kecil.

Kata di dan ke pada kalimat di atas salah karena tidak sesuai dengan kaidah penulisan yang baik. Jadi seharusnya pemakaian di dan ke seharusnya disambung seperti dalam kalimat berikut ini.

- pulo tersebut yang letaknya di tengah laut, yang dibagi menjadi dua pulo, yaitu pulo Breuh dan Pulo Nasi.
- pikiran ini kian kalut saat aku memikirkan ketiga adikku yang masih kecil-kecil.

b. Penggunaan kata berpasangan yang tidak tepat
Ada sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang digunakan secara berpasangan (konjungsi korelatif), seperti baik…maupun…, bukan… melainkan…, tidak… tetapi…,antara…dan… Di dalam kalimat-kalimat berikut dikemukakan contoh pemakaian konjungsi korelatif secara tidak tepat.
- Pulo Breuh adalah pulo ku yang mempunyai banyak desa di bandingkan dengan Pulo Nasi.

Kalimat di atas sebenarnya mempunyai dua kesalahan yaitu pemakain kata depan dan penggunaan kata berpasangan yangseharusnya disisipkan kata lebih yang dipasangkan dengan kata dibandingkan seperti kalimat diberikut.
-  Pulo Breuh adalah pulo ku yang mempunyai banyak desa dibandingkan dengan Pulo Nasi.

c. Penggunaan makna jamak secara berganda 
Di dalam kenyataan sering kita temukan penggunaan kata-kata yang mubazir, tetapi dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kesalahan seperti itu.

d. Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara berganda 
Kita sering menemukan penggunaan dua kata yang makna dan fungsinya kurang lebih sama. Pengunaan dua kata secara bersamaan ini tidak efisien. Kata-kata yang dimaksud, seperti adalah merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti misalnya, sangat sekali, hanya saja, dan daftar nama-nama. Seperti kalimat berikut:
- Dan diakhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka ada diadakan acara-acara yang seru lho!!

Kata-kata yang bercetak miring sudah menyatakan jamak. Jadi tidak perlu dipergunakan secara bersamaan. Gunakan saja salah satunya , seperti contoh berikut.
- Dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka diadakan acara-acara yang seru lho!!

e. Penggunaan penghubung antarkalimat dan maka 
Dalam berbagai tulisan kita menemukan penggunaan kata maka bersama dengan ungkapan penghubung antarkalimat, seperti sehubungan dengan itu maka, dan setelah itu maka, dalam karangan-karangan ini tidak terjadi kesalahan seperti itu.

f. Penggunaan makna kesalingan secara berganda 
Kesalahan seperti ini tidak terjadi pada karangan-karangan ini

g. Peniadaan preposisi
Dalam kenyataan berbahasa kita juga sering menemukan peniadaan unsur preposisi yang menyertai verba. Verba yang disertai preposisi itu umumnya berupa verba intransitive. Kesalahan seperti tidak kita jumpai dalam karangan-karangan ini.

h. Pemakaian bentuk di mana, dalam mana, dan yang mana sebagai penghubung 
Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, dan yang mana sebagai penghubung. Penggunaan bentuk-bentuk tersebut dipengaruhi oleh struktur bahasa inggris. Dalam bahasa inggris, bentuk tersebut seperti where, in, which (di mana, dalam mana, dan yang mana) lazim digunakan sebagai penghubung.
contoh:
- Di antara desa-desa yang ada di pulo Breuh terdapat satu desa yaitu desa ku desa lampu yang, di mana di desa ku banyak terdapat rumah penduduk.

Dalam bahasa Indonesia kata-kata tersebut dapat dihilangkan karena tidak perlu digunakan, seperti contoh berikut.
- Di antara desa-desa yang ada di pulo Breuh terdapat satu desaku desa lampuyang, di desaku banyak terdat rumah penduduk.

i. Penghilangan afiks 
Dalam kenyataan bahasa Indonesia dewasa ini, baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi, para penutur bahasa Indonesia sering menghilangkan afiks. Afiks yang sering dihilangkan adalah meN- dan ber-. Tetapi dalam karangan-karangan ini tidak terjadi kesalahan seperti ini.

j. Penghilangan konjungsi 
Konjungsi digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Dengan perkataan lain, anak kalimat ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului konjungsi. Dalam kenyataan sering ditemukan kalimat sebagai berikut:

a. Karena kejadian hari itu Aisyah hidup sebatang kara, ia mulai membiasakan hidup sendiri tanpa bantuan orang tuanya.

b. Karena waktu itu terpakai untuk melakukan kegiatan dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka.

Jika kita perbaiki kalimat-kalimat itu menjadi.

c. Ia mulai membiasakan hidup sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Karena kejadian hari itu Aisyah hidup sebatang kara.

d. Waktu itu terpakai untuk melakukan kegiatan dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka dan di akhir kegiatan pramuka dan penutupan pramuka.


1. Pemisahan bagian kalimat majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua pola atau lebih. Pola atau bagian-bagian dalam kalimat tidak dipenggal atau dipisahkan, dalam karangan-karangan ini tidak terdapat kesalahan seperti ini.

2. Kesalahan ejaan
Dalam kenyataan penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini masih banyak kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktepatan menerapkan ejaan. kesalahan yang sering terjadi adalah pembubuhan tanda baca, khususnya pembubuhan tand koma (,). Berikut akan ditampilkan contoh-contoh kesalahan tersebut.

a. Tanda koma di antara subjek dan predikat
contoh:
Pulo tersebut yang letaknya di tengah laut, yang di bagi menjadi dua pulo, yaitu pulo Breuh dan pulo Nasi. 

Kalimat di atas salah karena tanda titik di antara subjek dan predikat. Ada kecenderungan penulis membubuhkan tanda koma di antara subjek dan predikat kalimat jika nomina mempunyai keterangan yang panjang. Pembubuhan tanda koma dari predikat. Jadi, tanda koma dalam kalimat di atas harus ditiadakan. Akan tetapi, tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.

b. Tanda koma di antara keterangan dan subjek
Selain subjek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati posisi awal juga sering dipisahkan oleh tanda koma dari subjek kalimat. Padahal, meskipun panjang, keterangan itu bukan anak kalimat. Oleh karena itu, pemakaian tanda koma seperti itu juga tidak benar.
perhatikan contoh kalimat berikut.
- Setelah aku mengambil wudu’ dan melaksanakan shalat shubuh, kedua kaki ini menuntunku untuk keluar rumah

c. Tanda titik dua di akhir kalimat
Salah satu tempat penggunaan tanda titik dua (:) adalah pada akhir suatu penyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Dalam karangan-karangan ini tidak ditemukan kesalahan seperti yang dimaksud. 



Sumber:
http://wede56.blogspot.com/2014/03/contoh-makalah-bahasa-indonesia-kalimat_25.html

http://viemo21.blogspot.com/2014/07/pengertian-lengkap-kalimat-efektif.html

http://simplezoel.blogspot.com/2013/08/kalimat-efektif.html

http://kedebok.blogspot.com/2013/04/tugas-makalah-kalimat-efektif-bahasa.html