Minggu, 26 Oktober 2014

Tugas 5

KALIMAT DASAR


A. PENGERTIAN KALIMAT

      Kalimat adalah bahsa satuan terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat meruoakan gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalmat dasar adalah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktur inti, belum mengalami perubahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, ataupun pelengkap.

B. Unsur-unsur Kalimat

Pengertian SPOK
     Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK:

a. Subjek / subyek (S)
    Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat, dapat mengaburkan makna kalimat.
Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi sebagai:
  1. Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat mejemuk,
  2. memperjelas makna,
  3. menjadi pokok pikiran,
  4. menegaskan makna,
  5. memperjelas pikiran ungkapan,
  6. membentuk kesatuan pikiran.
Ciri-ciri Subjek:
  1. Jawaban apa atau siapa
  2. Didahului kata bahwa
  3. Berupa kata atau frasa benda(nomina)
  4. Disertai dengan kata ini atau itu
  5. Disertai pewatas yang
  6. Kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
  7. Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain
  8. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak tetapi dapat dengan kata bukan.
Contoh Subjek:
Jawaban atas pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat:
Andri memelihara binatang
Siapa memelihara? jawab: Hadi. (maka Andri adalah Sebjek (S).

b. Predikat (P)
    Predikat adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri atau subjek itu. Memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri tentulah menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Oleh karena itu, biasanya predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan. Kita seslau dapat bertanya dengan memakai kata tenya mengapa, artinya dalam keadaan apa, bagaimana, atau mengerjakan apa?.
Ciri-ciri Predikat:
  1. Jawaban mengapa, bagaimana
  2. Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
  3. Dapat didahului keterangan aspek: akan, sesudah, sedang selalu, hampir
  4. Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, mesti, selayaknya, dan lain-lain.
  5. Tidak didahului kata yang, jika didahului yang perdikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek
  6. Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
  7. Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
c. Objek (O)
     Subjek dan Predikat cenderung muncul secara ekplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas onjek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i, misalnya: mengambil, melempar, mendeati.
Dalam kalimat, Objek beerfungsi sebagai:
  1. Membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif,
  2. Memperjelas makna kalimat,
  3. Membetuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.
Ciri-ciri Objek:
  1. Berupa kata benda
  2. Tidak didahului kata depan
  3. Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif
  4. Jawaban apa atau siapa yang terletak dibelakang transitif
  5. Dapat menduduki fungsi subjek kalimat itu dipasifkan.
d. Keterangan (K)
    Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata frasa, atau anak kalimat. Keletarangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keteranga yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
  1. Bukan Unsur Utama, Berbeda dari subjek, predikat, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam unsur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
  2. Tidak Terikat Posisi, Didalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
  1. Keterangan Waktu, Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan Minggu depan. Keterangan waktu yang berupa kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
  2. Keterangan Tempat, Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
  3. Keterangan Cara, Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan yang berupa frasa ditandai oelh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
  4. Keterangan Sebab,  Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keteranagn tujuan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. 
  5. Keterangan Tujuan, Keterangan ini berupa frasa atau kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang beruoa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
  6. Keterangan Aposisi,  Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis keteragan ini dia apit tanda koma, dan tanda pisah(--) atau tanda kurang. Contoh: Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
  7. Keterangan Tambahan, Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina(subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi, keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterngkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Contoh: Ridwan, mahasiswa tingakat lima, mendapat beasiswa. (Keterangan tambahan itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterapkan yaitu kata Ridwan.)
  8. Keterangan Pewatas, Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat di tiadakan. Contoh: Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa ( contoh tersebut menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya yang mempunyai IP tiga lebih. )
e. Pelengkap (Pel)
    Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi kalimat pasif, bukan pelengkap.
Berikut ciri-ciri pelengkap:

Di belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan  pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
  • Diah mengirimi saya buku baru.
  • Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Contoh diatas menjelaskan unsur kalimat buku baru, sepeda baru berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.

Hasil jawaban dari predikat dengan pernyataan apa.
Contoh:
a. Pemuda itu bersenjatakan pistol
 Kata pistol adalah pelengkap.
Bersenjata apa? jawab pistol (maka pistol sebagai pelengkap)

b. Fiani membaca buku.
membaca buku apa? jawab buku (buku sebagai objek karena dapat menempati Subyek)

C. POLA KALIMAT DASAR

Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indoenesia adalah sebagai berikut:
Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat daar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat ini untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Contohnya:
  • Mereka / sedang menari. = S / P (Kata Kerja)
  • Pamannya / guru SMP. = S / P (Kata Benda)
  • Gambar itu / bagus. = S / P (Kata Sifat)
  • Peserta penataran ini / tujuh puluh orang. = S / P (Kata Bilangan)
Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa  nomina atau frasa nominal.
Contohnya:
  • Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O
  • Mereka / sedang membuat / layang-layang. = S / P / O
Kalimat Dasar Berpola S P Pel
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Contohnya:
  • Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.
Kalimat Dasar Berpola S P O Pel
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nomina, dan pelengkap berupa nomina frasa nominal.
Contohnya:
  • Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.
Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, dan keteangan berupa frasa berpreposisi.
Contohnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K

Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. SUbjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intrasitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contonya:
  • Kami / memasukan / pakaian / kedalam lemari. = S / P / O / K
Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina ayau frasa nominal, predikat berupa verba intrasitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau nominal, danketerangan berupa frasa berpresosisi.
Contohnya:
  • Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K

  1. KB + KK                          : Mahasiswa berdiskusi.
  2. KB + KS                           : Dosen itu ramah.
  3. KB + KBil                         : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
  4. KB + (KD + KB)              : Tinggalnya di Palembang.
  5. KB + KK + KB2               : Mereka menonton film.
  6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
  7. KB1 + KB2                       : Rustam peneliti.

D. JENIS-JENIS KALIMAT

a) Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. kalimat tunggal yang sederhana ini dapat di telusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
pola-pola kalimat dasar yang di maksud adalah sebagai berikut:
KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
contoh:
Ibu memasak
  S       P

KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
contoh:
Anak itu sangat rajin
   S                P

KB + KBil (Kata benda + Kata Bilangan)
contoh: 
Apel itu ada dua
   S        P

Kalimat Tunggal terdiri atas 2 jenis, yaitu:
  1. Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatna menggunakan kata benda. Contoh: Adik perempuan saya ada dua orang.
  2. Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya. Contoh: Saya sedang mandi.
    Dua jenis kalimat tunggal diatas dapat dikembangkan dengan menambahkan kata pada tiap unsur-unsurnya. Dengan adanya penambahan tiap unsur-unsur itu. unsur utama masih dapat dengan mudah dikenali. Perluasan kalimat tunggal terdiri atas:
  1. Keterangan Tempat, misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah ini, dll. Contoh: Rumahnya ada di daerah ini.
  2. Keterangan Waktu, misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun depan, kemarin, lusa, dll. Contoh: Aktifitas dimulai pukul 08.30 pagi.
  3. Keterangan Alat, misalnya: dengan baju, dengan sepatu, dengan motor, dll. Contohnya: Dia pergi dengan sepeda motor.
  4. Keterangan Cara,  misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin, dll. Contoh: Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
  5. Keterangan Modalitas,  misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll. Contoh: Saya harus giat berlatih.
  6. Keterangan Aspek, misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah. Contoh: Dia sudah menyelesaikannya.
  7. Keterangan Tujuan, misalnya: karena, untuk semua orang, dll. Contoh: Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
  8. Keterangan Sebab, misalnya: karena rajin, karena panik, dll. Contoh: Dia lulus ujian karena rajin belajar.
  9. Keterangan Tujuan (ket. yang sifatnya menggantikan), contoh: penerima mendali emas, Taufik Hidayat.
  10. Perluasan Kalimat Yang Menjadi Frasa, Contoh: Orang itu menerima predikat guru teladan. 

b) Kalimat Majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat majemuk terdiri dari dua buah atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi.
Kalimat Majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:

Kalimat Majemuk Setara (KMS)
adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kaliat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara baik secara struktur maupun makna kalimat itu. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal.
Contoh: Saya makan; dia minum.
     Kalimat tersebut terdiri dari dua kalimat dasar yaitu a) saya makan dan b) Dia minum. Jika kalimat a) ditiadakan, kalimat b) masih dapat berdiri sendiri dan tidak ditiadakan, kalimat dasar b) masih dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki kedudukan yang sama di dalam kalimat majemuk setara.
     Hubungan kedua kalimat dasar dalam kalimat majemuk setara tersebut tidak tamoak jelas karena tidak dignakan konjungsi di antara kedua kalimat dasar tersebut. Hubungan yang paling dekat denga makna kalimat majemuk setara tersebut adalah hubungan urutan peristiwa. Konjungsi yang cocok adalah lalu, lantas, terus, atau kemudian.
1a) Saya makan lalu dia minum
     Jika konjungsi kalimat itu diganti dengan kata tetapi, hubungan kedua kalimat tersebut akan berubah. Hubungan kalimat yang semua hubungan urutan peristiwa akan berubah menjadi hubungan pertentangan.
1b) Saya makan, tetapi dia minum
     Jadi, konjungsi mempunyai peranan yang penting dalam kalimat majemuk. Peranan konjungsi adalah menyatakan hubungan antar kalimat dasar di dalam kalimat majemuk.

Kalimat Mejemuk Setara dapat dikelompokan kedalam beberapa bagian, yaitu:
  1. Kalimat Majemuk Setara Penggabungan ialah jenis kalimat yang diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata "dan" atau "serta". Contoh: " aku menulis surat itu dan Dia yang mengirimnya ke kantor pos.","Murid-murid membuat prakarya itu serta memajangnya di pameran."
  2. Kalimat Majemuk Setara Pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang dihubungkan dengan kata "tetapi","sedangkan","melainkan","namun". Contoh:"Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi nilainya selalu merah.", "ibu memasak didapur sedangkan saya membersihkan rumah.","Yang membuat prakarya it bukan adiknya melainkan kakaknya yag membuat prakarya itu.","Dia tidak membuat makanan itu namun hanya menyiapkan untuk para tamu."
  3. Kalimat Majemuk Setara Pemilihan ialah jenis mejemuk uang didalam kalimatnya dihubungkan dengan kata"atau". Contoh: "Dia bingung memilih antara buah apel atau buah anggur."
  4. Kalimat Majemuk Setara Penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami penguatan dengan menambahkan kata "bahkan". Contoh: "Dia tidak hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai bernyanyi."
Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Adalah penggabungan dua kalimat atau lebih tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Kalimat majemuk bertingkat mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat itu. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat adalah ketika, karena, supaya, meskipun, jika, dan sehingga.

Induk Kalimat dan Anak Kalimat
perbedaan induk kalimat dan anak klaimat dapat dilihat berdasarkan tiga kategori.

1) Kemandirian Sebagai Anak Kalimat Tunggal
Induk kalimat mempunyai ciri dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sendiri, sedangkan anak kalimat tidak dapat berdiri sebagai kalimat tanpa induk kalimat. Hal ini tampak pada contoh berikut.
a) Hujan turun selama tiga hari tiada henti-hentinya
b) Sehingga ban melanda sawah dan ladang petani desa itu.
Kalimat (a) dapat berdiri sendiri, sedangkan kalimat (b) tidak.

2)Konjungsi
Konjungsi digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan inuk kalimat. Dengan kata lain, anak kalimat ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului konjungsi.
Contoh:
- Saya membaca buku ketika dia datang
Jika konjungsi dipindahkan di awal kalimat itu, akan terjadi perubahan baik struktur maupun informasi.
- Ketika saya membaca buku, dia datang
Setelah dipindahkan kebagian awal, unsur pertama kalimat tersebut merupakan anak kalimat dan unsur kedua merupakan induk kalimat.

3) Urutan
Anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan mempunyai kebebasan tempat, kecuali anak kalimat akibat, didahului kata sehingga. Jika anak kalimat di depan induk klaimat, anak kalimat itu harus dipisahkan dengan tanda koma dari induk kalimatnya. Anak kalimat yang menempati posisi di belakang induk kalimat dapat ditempatkan di depan kalimat tanpa perubahan informasi yang pokok.
Contoh:
- Dia mengajukan permintaan kredit investasi kecil karena ingin meningkatkan perusahaan.
kalimat tersebut dapat diubah menjadi berikut.
- Karena ingin mengingkatkan perusahaannya, dia mengajukan permintaan kredit investasi kecil.

Kalimat Majemuk Campuran (KMC)
Adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan anatara kalimat maejmuk setara dengan majemuk bertingkat. Minial pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
  1. Darus bermain dengan anto. (kalimat tunggal 1)
  2. Fiani membaca buku dikamar. (kaliat tunggal 2, induk kalimat)
  3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Hasil penggabungan di atas Darus bermain dengan Anto dan Fiani membaca buku dikamar, ketika aku datang kerumahnya.

E. KALIMAT BERDASARKAN UNSUR KALIMAT

Kalimat yang dilihat dari unsur kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan sebuah predikat.
Contoh:
Presiden SBY membeli buku gambar
          S                 P             O
Si Dudung Pergi
       S          P

b. Kalimat Tak Lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada yang hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kaliat tidak lengkap ini sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh:
- Jangan di lempar!
- Astaga, indahnya!
- Silakan masuk!
- Kapan menikah?

F. KALIMAT BERDASARKAN ISI ATAU FUNGSINYA

a) Kalimat Pernyataan (Deklaratif) adalah Kalimat pernyataan dipaki jika penutur ingin menyatakan sesuatu denga lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan nformasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun: yanda bacak titik).
Misalnya:

Positif
  1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
  2. Indonesia menggunakan sis tem anggaran yang berimbang.

Negatif
  1. Tdak semua bank memperoleh kredit lunak.
  2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang memuaskan tentang bisnis komominium di kota-kota besar.
b) Kalimat Perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perntah dalam bentuk lisan biasanya diakhiri dengan ntonasi yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri dengan tanda seru (!)
Ciri-ciri kalimat perintah:
  1. Intonasi keras, terutama perintah biasa dan larangan
  2. Menggunakan tanda seru (!), bila digunakan dalam tulisan
  3. Kata kerja yang mendukung kalimat biasanya kata kerja dasar
  4. Menggunakan partikel pengeras (lah)
  5. Berpola kalimat inversi (PS)
Beberapa Bentuk Kalimat Perintah:
1. Kalimat Perintah Permintaan adalah perintah yang halus, orang yang menyuruh bersikap rendah.
Contoh:
-Tolong, tutup pintu itu!

2. Kalimat Perintah Larangan adalah perintah yang melarang seseorang melakukan sesuatu hal. Bila larangan itu bersifat umum/resmi dignakan kata dilarang bila bersifat khusus/tidak resmi digunakan kata "jangan".
Contoh:
- Dilarang merokok disini!

3. Kalimat Perintah Ajakan biasanya didahului kata-kata ajakan.
Contoh:
- Mari kita jaga kebersihan rumah kita!

4. Kalimat Perintah Sindiran/Cemooh adalah perintah yang mengandung ejekan karena yakin bahwa yang diperintah tidak mampu melaksanakan yang diperintahkan.
Contoh:
- Kerjakan sendiri, kalau kamu bisa!

5. Kalimat Perintah Bersyarat adalah perinath yang mengandung syatrat untuk terpenuhi sesuatu hal.
Contoh:
- Bntulah dia, pasti pekerjaannya akan segera selesai!

6. Kalimat Perintah Mengizinkan adalah perintah biasa yang ditambahkan dengan pernyataan yang mengungkapkan pemberian izin.
Contoh:
- Ambilah buah mangga itu semau mu!

c) Kalimat Berita adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan sesuatu. Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat berita akan berakhir dengan pemberian tanggapan dari pihak yang mendengarkan kalimat berita ini.
Ciri-ciri kalimat berita:
  1. Intonasinya yang netral, tak ada suatu bagian yang dipentingkan dari yang lain
  2. Susunan kalimat tak dapat dijadikan ciri-ciri karena hampir sama saja dengan kalimat lain.
  3. Suatu bagan dari kalimat berita dapat dijadikan pokok pembicaraan. Dalam hali ini bagian tersebut dapat ditempatkan di depan kalimat, atau bagian tersebut mendapat intonasi yang lebih keras. Intonasi yang lebih keras yang menyertai kalimat seperti ini di sebut intonasi pementing.
Beberapa bentuk Kalimat Berita:
  1. Kalimat berita Positif. Contohnya: Banyak anggota DPR yang melakukan korupsi. (positif).
  2. Kalimat berita Negatiff yaitu kalimat yang berisi pengingkaran atau kalimat yang ditandai dengan kata ingkar yaitu menggunakan kata "tidak" dan kata "bukan". Contoh: Ayahku bukan seorang koruptor. (negatif)

Beberapa Bentuk Kalimat Tanya:

1. Kalimat Tanya Klarifikasi dan Konfirmasi, Yang dimaksud kalimat tanya klarifikasi (penegasa) dan Tanya konfirmasi (penjernihan) ialah kalimat tanya yang disampaikan kedapa orang lain untuk tujuan mengukuhkan dan memperjelas persoalan yang sebelumnya telah diketahui oleh penanya. Kalimat tanya ini tidak meminta penjelasan, tapi hanya membutuhkan jawaban pembenatran atau sebaliknya dalam bentuk ucapan ya atau tidak dan benar atau tidak benar.
Contoh kalimat Tanya Konfirmasi:
  • Apakah engkau ingin pulang hari ini? (ya/tidak)
2. Kalimat Tanya Retorik, adalah kalimat tanya yang tidak menghendaki jawaban karena penanya jawaban sudah tahu.
Contoh:
  • Apakah kamu mau tidak naik kelas?
3. Kalimat Tanya Tersamar, adalah kalimat yang tujuannya tidak untuk bertanya melainkan mempunyai tujuan lain, yaitu:
  • Tujuan Meminta. contoh: Dapatkah kamu menolong saya?
  • Tujuan Mengajak. contoh: Dapatkah kamu menemaniku ke pesta itu nanti malam?
  • Tujuan Memohon.  contoh: Apakah kamu bersedia menerima lamaran aku?
  • Tujuan Menyuruh. contoh: Maukah kamu membuatkan puisi?
  • Tujuan Merayu. contoh: Jadi kan kamu traktir saya makan malam ini?
  • Tujuan Menyindir. contoh: Begini caranya kamu berterima kasih?
  • Tujuan Menyanggah. contoh: Bagaimana jika kita mencari cara yang lain?
  • Tujuan Meyakinkan. contoh: Mestikah aku bersumpah di hadapanmu?
  • Tujuan Menyetujui. contoh: Apa pantas hal ini saya abaikan?
Kalimat Seruan
Adalah kalimat yang dipakai untuk mengucapkan perasaan (sakit, marah, terkejut, sindiran, takut, terperanjat, hiba, dan sebagainya). Dalam pelafalan biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.)



Sumber:
wiwik kikuk. "Makalah Tentang Kalimat". Kamis, 8 November 2012 (diakses 25 Oktober 2014)








Selasa, 21 Oktober 2014

Tugas 4

Ejaan Yang Di Sempurnakan (EYD)


A. PENGERTIAN EJAAN

     Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah perlambangan bunyi bahasa pemisahan, penggabungan dan penulisannya dalam suatu bahasa. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf suku kata atau kata. Sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan.
Ejaan terbagi tiga:
  1. Van Ophuijsen (nama seorang guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yan dilakuka pada tahun 1901 oleh pemerintahan Belanda yang berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan Ophuijsen diaoakai selama 46 tahun tebih lam dari ejaan Republik dan baru diganti setelah dua tahun merdeka.
  2. Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (menten PP dan KR Republik Indonesia pada saat ejaan diresmikan pada tahun 1947).
  3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD mulai beraku pada tanggal 16 Agustus 1972.

B. RUANG LINGKUP EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

     Ruang lingkup EYD mrncangkupi, yaitu:
  1. Pemakaian huruf membicarakan masalah yang mendasar dari suatu bahasa.
  • Abjad
  • Vokal
  • Konsonan
  • Huruf Gabungan Konsonan
  • Huruf Diftong
  • Pemenggalan
  • Nama Diri
Abjad


Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u. Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata timbul kerguan.

Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b,c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, dan z.

Gabungan Huruf Konsonan
Didalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan,yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu kosonan.
kh          seperti dalam kata          khusus, akhir
ng          seperti dalam kata          ngilu, bangun
ny          seperti dalam kata          nyata, anyam
sy           seperti dalam kata          syair, asyik

Huruf Diftong
Didalam Bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata dasar dilakukan sebagai berikut.
  • jika ditengah kata vocal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf vocal itu.
  • Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan huruf konsonan, diantara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
  • Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemnggalan kata dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
  • Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan diantara huruf konsonan kedua.
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel yang biasa ditulis serangkai dengan dasarnya, dapat di penggal pada pergantian baris.

3. Jika Suatu kata terdiri dari atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan (1) diantara unsur-unsur itu atau (2) pada gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d diatas.

Nama Diri
Cara penulisan nama diri (nama orang, lembaga, tempat, sungai, gunung, dan nama diri lainnya) harus mengikuti EYD, kecuali jika ada pertimbangan khusus yang menyangkut segi adat, hukum dan sejarah.

C. HURUF KAPITAL

     Pemakaian huruf kapital yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah huruf kapital atau huruf besar dan huruf miring, sedangkan huruf tebal tidak pernah diatur dalam pedoman EYD. Uraian secara rinci tentang penulisan huruf kapital akan dijelaskan sebagai berikut:
  1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
  2. Huruf kapital  dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
  3. HUruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama Nabi/Rasul dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
  4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
  5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
  6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
  7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
  8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
  9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
  10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama smua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
  11. Huruf kapital  dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
  12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
  13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
  14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
  15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.

D. PENULISAN KATA

Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Kata Turunan
  • Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
  • Jika bentuk kata dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
  • Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan itu ditulis serangkai.
Bentuk Kata
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Gabungan Kata
  • Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
  • Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: ku, mu, dan nya, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengkutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kedapa dan daripada.

Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Partikel
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya, Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

Singkatan dan Akronim
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
  • Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti tanda titik.
  • Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
  • Singkatan umum yang terdiri dari atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
  • Lambang, kimia, singkatan, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Akronim
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
  • Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
  • Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata dirulis denga huruf awal huruf kapital.
  • Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan hruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Angka dan Lambang
  1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Didalam tulisan lazim digunakan angka atau Romawi.
  2. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamt.
  3. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berta, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
  4. Angka diunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
  5. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an.
  6. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan dua kata ditulis dengan huruf kecuali jjika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
  7. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yangtidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
  8. Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat di eja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
  9. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
  10. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

E. PEMAKAIAN TANDA BACA

Tanda Titik (.)
  1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan.
  2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan ikhtisar, atau daftar.
  3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
  4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu.
  5. Tanda titik dipakai dianatar nama penulis, jdul, tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya, tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
  6. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala islustrasi, tabe dan sebagainya.
  7. Tanda titik tidak dipakai dibelakang (1)alamat pengirim dan tanggal surat atau(2) nama dan alamat.
Tanda Koma (,)
  1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan
  2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikut yang didahuilui oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
  3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat.
  4. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung atnar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagipula, meskipun begitu, akan tetapi.
  5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
  6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
  7. Tanda koma dipakai diantara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
  8. Tanda koma dipakai untukk mencairkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
  9. Tanda koma dipakai di bagian-bagian dalam catatan kaki.
  10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
  11. Tanda koma dipakai dimuka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
  12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
  13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
  14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian kalimat yangmengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Tanda Titik Koma (;)
  1. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian kalimat yang mengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir deengan tanda tanya atau tanda seru.
  2. Tanda titik koma sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Tanda Titik Dua (:)
  1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
  2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yan memerlukan pemerian.
  3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
  4. Tanda titik dua dipakai (i) diantara jilid atau nomer dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu kerangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Tanda Hubung
  1. Tanda hubung enyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
  2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata didepannya pada pergantian baris.
  3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Angka "2" sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
  4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tunggal.
  5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian kata atau ungkapan dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
  6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata erikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
  7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa Asing.
Tanda Pisah (-)
  1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangunan kalimat.
  2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
  3. Tanda pisah dipakai diantara dua bilangan atau tanggal yang berarti 'sampai ke' atau  'sampai dengan'
Tanda Elipsis (...)
  1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
  2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Tanda Tanya (?)

  1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
  2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurungn untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Tanda Kurung ((..))
  1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
  2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
  3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
  4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Tanda Kurung Siku ([..])
  1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korsksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
  2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Tanda Petik ("..")
  1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
  2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
  3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
  4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
  5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Tanda Petik Tunggal ('..')
  1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
  2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemah, atau penjelasan kata atau ungkapan asing
Tanda Garis Miring (/)
  1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat yang penandaan masa satu tahun yang berbagi dalam dua tahun takwim.
  2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau tiap.
Tanda Penyingkat (Apostrof) (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Sumber
Rima Rahmawati "MAKALAH EYD BAHASA INDONESIA ". Kamis, 20 Desember 2012 (diakses 19 Oktober 2014).
http://rimarahmawati92.blogspot.com/2012/12/makalah-eyd-bahasa-indonesia.html.

Idha "MAKALAH EJAAN YANG DI SEMPURNAKAN (EYD)". Sabtu, 22 Oktober 2011 (diakses 19 Oktober 2014)
http://andiidha.blogspot.com/2011/10/makalah-ejaan-yang-disempurnakan-eyd.html.

Minggu, 12 Oktober 2014

Tugas 3 DIKSI

DIKSI (PILIHAN KATA)

A. Pengertian Diksi (Pilihan Kata)
            Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian diksi di antaranya adalah membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi yang efektif, melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal, membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
            Diksi, dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan kata –kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.  Harimurti (1984) dalam kamus linguistic, menyatakan bahwa diksi adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di dalam karang mengarang.
            Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat dan selaras dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

Persyaratan Diksi
            Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan a) kaidah kelompok kata/ frase, b) kaidah makna kata, c) kaidah lingkungan sosial, d) kaidah karang –mengarang.


Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat, seksama, lazim,dan benar.

1. Tepat Contohnya: Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.

2. Seksama Contohnya: Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak seksama.

3. Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan pengertian saja. Contohnya, Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata santapan rohani tidak dapat pula digantikan dengan makanan rohani. Kedua kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan pemakainnya.

Secara umum, makna kata suatu kata dibedakan atas makna denotasi dan makna konotasi.
1.      Denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang sesuai dengan konsep awal, apa adanya, dan tidak mengandung makna tambahan. Makna denotasi disebut juga makna konseptual, makna lugas, atau makna objektif.
Contoh:
a.       Dompet hitamnya tertinggal di kamar hotel.
Hitam = jenis warna
b.      Wilayah Kebun Raya Bogor dikelilingi pagar besi
Besi = logam yang sangat keras.
2.      Konotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran seseorang. Konotasi sebenarnya merupaka makna denotasi yang telah mengalami penambahan-penambahan, baik dari sikap sosial, lingkungan geografis, atau pun dari factor kesejarahan. Makna konotasi disebut juga makna kontekstual, kiasan, atau makna subjektif.
Contoh:
a.       Sejak peristiwa itu ia berhasil keluar dari lembah hitam,
Hitam = hina, sengsara, berduka.
b.      Semua orang mengenalnya sebagai laki-laki bertangan besi
Besi = gagah, perkasa = tangan besi.
Disamping makna denotasi dan konotasi, dikenal pula jenis makna lain, diantaranya berikut.
1.      Makna Leksikal, yaitu makna yang didasarkan pada kamus. Makna ini dimiliki oleh kata-kata sebelumnya mengalami proses perubahan bentuk atau pun kata yang belum digunakan dalam kalimat. Makna leksikal dimiliki oleh kata bentuk dasar, misalnya: ibu, pergi,kantor.
2.      Makna Gramatikal, yaitu makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses gramatikal, seperti pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan. Misalnya: ibu saya, berpergian, kantor-kantor.
3.      Makna kontekstual, yaitu makna suatu kata yang sangat bergantung pada situasi dan kondisi penggunaannya.
Contoh:
1)      Pantas saja ia menjadi juara kelas karena ia anak rajin.
2)      Betul-betul rajin kami ini, semua pekerjaan rumah saja tidak ada satupun yang di kerjakan.

Perubahan Makna Kata
            Bahasa selalu berkembangsejalan dengan kemajuan peradaban manusia. Hal ini dapat berpengaruh terhadap perubahan makna kata. Kadang-kadang makna kata bergeser akibat pengaruh konotasi dalam pemakaian suatu kata.
Beberapa bentuk perubahan makna itu ialah:
1.      Meluas
Pada kata putra dan putrid, dahulu kata tersebut hanya di peruntukan bagi anak-anak raja, tetapi sekarang kata tersebut biasa digunakan untuk umum, tidak hanya untuk menyebut anak raja. Putra berarti anak laki-laki dan putrid anak perumpuan. Bahkan di sekolah, kata putra dan putri juga biasa digunakan untuk menunjuk murid laki-laki dan murid perempuan.
2.      Menyempit.
Pada kata ulama, dahulu kata tersebut digunakan dengan makna kata yang lebih luas, yaitu orang yang berilmu, dalam arti orang yang pandai segala di siplin ilmu, baik ilmu agama islam, atau ilmu lainya, misalnya ahli perbintangan dan ahli matematika. Namun, kata ulama sekarang ini hanya digunakan untuk menunjukan orang yang ahli dalam bidang ilmu agama saja. Begitu juga dengan kata ustad. Kata tersebut mempunyai arti seorang guru, dalam arti guru mata pelajaran apa saja. Namun dalam penggunaannya di Indonesia kata tersebt hanya diperuntukan bagi guru yang mengajar mata peajaran agama Islam saja.
3.      Amelioratif
Amelioratif adalah suatu proses perubahan makna kata. Pada Proses amelioratif ini, suatu kata mempunyai nilai lebih tinggi atau terhormat dibandingkan sebelumnya. Misalnya, kata perempuan dirasakan lebih tinggi nilainya dari kata wanita dan kata suami dirasakan lebih tinggi nilainya atau lebih baik dari kata laki.
4.      Penyoratif
Peyoratif adalah kebalikan dari ameliorative yaitu suatu proses perubahan makna kata. Pada proses peyoratif, arti kata baru dirasakan lebih rendah dari kata sebelumnya. Kata jongos dulu berarti pembantu atau pelayan sekarang arti jongos dipakai ntuk arti yang kurang baik.
5.      Sinestesia
Sinestesia adalah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berlainan. Misalnya: Sambutanya dingin. Kata dingin sebenarnya adalah tanggapan indra peraba. Wajahnya manis. Kata manis merupakan tanggapan indra perasa. Mukanya asam. Kata asam merupakan tanggapan indra perasa.
6.      Asosiasi
Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Kata mulut buaya adalah alat tubuh buaya yang berfungsi untuk menjepit mangsanya. Akan tetapi, kata mulut buaya di dalam istilah alat-alat lsitrik digunakan sebagai alat penjepit kabel atau kawat. Kata gigi adalah organ tubuh manusia atau makhluk hidup. Akan tetapi, di dalam istilah otomotif, gigi mempunyai makna alata untuk mengatur perputaran kecepatan pada kendaraan bermotor, misalnya gigi satu digunakan pada kecepatan rendah, sedangkan gigi emnpat diguanakan untuk menjalankan kendaraan pada kecepatan tinggi.

Memahami Bentuk Kata
            Kata dibedakan atas kata dasar dan kata bentukan. Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar pembentukan kata atau kata-kata yang belum mendapatkan imbuhan (afiks). Kata ini memiliki makna leksikal, misalnya air, perahu, tidur, baca, datang, gembira, dan , panas.
            Kata bentukan diperoleh melalui proses pengimbuhan (afiksasi), pengulangan (reduplikasi), dan pemajemukan.
1.      Proses afiksasi, yaitu penggabungan antara kata dasar dengan imbuhan (afiks), baik awalan (prefiks), akhiran (sufiks) maupun gabungan-gabunganya.
Contoh: memotong, berlari, dicabut, dibeli, kepanasan, kegembiraan, dan kedatangan.
2.      Proses reduplikasi, yaitu pengulangan kata dasar itu sendiri sebagian pengimbuhan (afiksasi).
Contoh: sayur-sayuran, menari-nari, melambai-lambai, jalan-jalan, lebar-lebar, dan berkata-kata.
3.      Proses pemajemukan, yaitu penggabungan antara kata dasar dengankata yang lain yang pada umumnya bersifat tetap dan memiliki makna khusus.
Contoh: kambing hitam, rumah sakit, kantor pos, luar negeri, tata bahasa, dan kereta api.

Dalam proses pengimbuhan (afiksasi) terjadi berbagai bentuk imbuhan (afiks). Misalnya me-­ menjadi: menari, menanam, menumpuk; imbuhan men- menjadi: mencuri, mendapat; imbuhan meng- menjadi: menghadap, mengajar, menghalau; imbuhan meny- menjadi: menyusul, menyutik, menyanyi; dan imbuhan menge- menjadi: mengepel, mengecoh, mengejar. Macam-macam bentuk imbuhan itu di sebut alomorf. Bentuk dasar juga sering mengalami perubahan fonem. Proses ini disebut proses morfofonemik.
            Kata dasar dalam penggunaannya sering mendapatkan imbuhan berupa awalan (prefik) sekaligus (sufiks) dalam penulisannya harus ditulis serangkai sebagai sebuah kata misalnya: melipatgandakan, perkeretaapian, ketidakadilan, dimejahijaukan, dan, pembumihangusan.


Ungkapan
            Ungkapan adalah kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus. Ungakapan adalah kata atau rangkaian kata-kata yang maknanya tidak diturunkan dari makna kata atau kata-kata yang membentuknya, tetapi harus dipelajari secara khusus, seperti buah mulut, mata hati, jantung hati,­ dan sebagainya.
Contoh:
Bila pengunjung sudah memasuki perut gunung, seketika panorama yang mempesona bisa dilihat.
Ungkapan dalam kalimat tersebut adalah Iperut gunung. Perut gunung dalam kalimat tersebut berarti bagian tengah gunung.



Relaksi Makna

1.      Homonim adalah kata yang penamaan dan pengucapan sama tetapi artinya berbeda.
Contoh:
Genting(gawat), Genting(atap rumah)
-          Keadaan masyarakat Palestina sekarang sangat genting.
-          Genting rumah saya bocor.
2.      Homofon adalah kata yang diucapkan sama tetapi berbeda dari segi maksud dan juga tulisan.
Contoh:
Djarum(merek rokok), Jarum(alat untuk menjahit)
-          Ayah menyuruh saya membeli rokok Djarum.
-          Tangan saya berdarah tertusuk jarum.
3.      Homograf Adalah kata yang sama ejaannya dengan kata lain, tetapi berbeda lafal dan maknanya.
Contoh:
Serang(nama kota), Serang(perang)
-          Minggu depan saya ingin ke kota Serang.
-          Pasukan itu di serang oleh musuhnya.
4.      Polisemi Adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.
Contoh:
Memeluk
-          Keluarga saya memeluk agama islam
-          Saya sangat ingin memeluk ibu saya.
5.      Sinonim
       Kata Sinonim berasal dari kata sin (sama atau serupa), dan akar kata onim (nama). Dengan kata lain, sinonim adalah kata-kata yang mengadung makna pusat sama, tetapi berbeda dalam nilai rasa. Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna denotasi sama, tetapi berbeda dalam makna konotasi.
Contoh:
-          Pintar, pandai, cakap, cerdik, cerdas, banyak akal, mahir.
-          Mati, meniggal, wafat, berpulang, mangkat, gugur, mampus.
6.      Antonim Kata antonim berasal dari kata anti atau ant yang berarti “lawan” ditambah akar kata onim atau onuma berarti “nama”. Dengan demikian, antonim dapat diartikan sebagai kata yang berlawanan makna kata dengan kata lain. Misalnya, antonim dari baik adalah buruk, antonim jauh adalah dekat, dan antonim dari pintar adalah bodoh. Antonim merupakan cara baik dan efektif untuk mengingkatkan perbendaharaan serta kosa kata. Selain itu, telaah antonim juga dapat digunakan sebagai salah satu bagian dari analisis terhadap kata.

Kata Ilmiah, Kata Populer, kata Jargon dan Slang.
1.      Kata Ilmiah berarti sesuai dengan kaidah dan gaya penulisan jurnalistik, namun tidak meninggalkan sifat ilmiah.
2.      Kata Populer adalah kata yang dikenal da dipakai oleh semua lapisan masyarakat dalam komunikasi sehari-hari.
Contoh:
Kata Ilmiah:                            Kata Popular:
Analogi                                   kiasa
Frustasi                                   rasa kecewa
Prediksi                                   ramalan

3.      Jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap aneh kata ini jua merupakan kata sandi/kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter, militer, perkumpulan rahasia,ilmuwan dsb.)
4.      Kata Slang dihasilkan dari sebuah ucapakn yang disengaja, atau kadang berupa penrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain. Kata-kata ini bersifat sementara, kalau sudah terasa using hilang atau menjadi kata-kata biasa.

           
Sumber:
Modul pembelajaran Bahasa Indonesia MATRA kelas XI semester 1 hal 22-27 Cilangkap: Media Presindo.

Fidya Yolanda. “Tugas Bahasa Indonesia Semester Genap 2013”. 5 May 2013 (diakses 5 Oktober 2014

Ainul Fikri. “Pengertian Homonim, Homofon, Homograf, Polisemi, dan Sinonim”. (diakses 5 Oktober 2014).

Irsan Social Community. “Contoh Sinonim, Antonim, Homofon, Homograf, Polisemi, dan Hipernim, Hiponim. 30 November 2012 (diakses 5 Oktober 2014).

Dezti Novia Bargez. “Bahasa Ilmiah”. (diakses 5 Oktober 2014)

Basando. “Kata Populer: Pengertian dan Contohnya”. 06 Januari 2013 (diakses 5 Oktober 2014